Kini hanya satu gerbang aktif untuk masuk ke lokasi Panti Karya Hephata (Hephata) yang terletak di tengah-tengah perkampungan
Sintong Marnipi. Seperti biasa, sekitar dua setengah tahun yang lalu masih
akrab didengar sorak-sorai kegembiraan dari penghuni panti ketika terlihat
datang perlahan-lahan mobil yang bukan berasal dari dalam panti (alias
tamu/pengunjung) menuju pekarangan panti. Terdengar pula teriakan kecil dan
keras menunjukkan kesenangan dari anak-anak: ”ro tamu, ro tamu, ro tamu (tamu
datang, tamu datang, tamu datang)”, begitulah anak-anak sambil tersenyum,
tertawa dan tidak sedikit pula yang loncat-loncat kegirangan dan sebahagian
mulailah merapat mendekati yang masih di dalam mobil. Entah bagaimana persisnya
perasaan saudara-saudari/ para orangtua yang
datang itu? kelihatan memang ada yang begitu senang begitu
dihampiri anak-anak Hephata, namun tidak sedikit pula yang menjadi takut (khususnya golongan anak-anak dan remaja). Waktu pun
berlalu bersama-sama dengan persekutuan dengan saudara-saudari kita di panti,
mulai dari hanya berbincang-bincang sejenak sampai kepada berkumpul di tempat
ibadah. Berkumpul, inilah saat yang paling
indah untuk siapapun (berkoinonia) juga sekaligus bermarturia dan berdiakonia.
Acara
ramah-tamah tersebut masing-masing membawa makna tersendiri bagi tamu yang
datang dan juga bagi penghuni panti. Dengan rasa senang dan sangat terbuka
anak-anak pun sering mendapat sesuatu yang dapat dibawa pulang ke rumah (ke
kamar masing-masing), bisa saja makanan ringan, pakaian ataupun uang.
Suatu ketika, panti pun kehadiran tamu dan
anak-anak pun menunjukkan kegembiraannya sambil bersorak-sorai sampai kepada berkumpul bersama. Suatu waktu sang tamu datanga hanya ingin tahu apa yang menjadi program Hephata dan kemudian mohon untuk
didoakan oleh anak panti kemudian sayonara... Anak-anak yang biasanya pulang dengan senyuman, kali ini pulang
dengan tangan hampa. Tidak dapat disembunyikan rasa kekecewaan itu
disana-sini
yang dikarenakan sudah biasa menerima, dan itu terjadi berulang-ulang. Apa yang akan
terjadi? Demikian bagi sebahagian penghuni.
Topik mengenai ”berilah pancing bukan ikan dan bantu penyediaan kolam
pancingnya”
pada edisi ini dengan sengaja dipilih untuk bapak, ibu dan saudara/i sekalian pemerhati Hephata. Ungkapan sekaligus menjadi program panti
inipun tidak sedikit menuai kritikan tak langsung dari klien panti yang dibina. Sepertinya ada tersembunyi kekejaman dalam
program itu untuk pihak yang merasa tidak dikenyangkan ketika
sang tamu pulang dan tidak membawa apa-apa. Akan tetapi mari melihat
jauh ke masa depan saudara-saudara yang ada di panti ini, dengan menetapkan
program bahwa Hephata sebagai tempat untuk merehabilitasi
(fisik, mental dan spiritual), tempat menerima
pendidikan (SLB A,B,C,D), tempat menerima training
keterampilan (skill) untuk mewujudkan pemandirian, di mana hidup mandiri adalah hak dari setiap anak
(bangsa). Seandainya panti ini hanya menjadi tempat
untuk penampungan lalu memberi makan, minum dan pakaian saja, maka
pupuslah kreativitas dan inspirasi
mereka. Jadilah mereka seperti orang-orang yang tidak memiliki jati diri dan
harga sedikit pun.
Manusia disebut manusia ketika dia dapat memakai pikiran (otak) logikanya
dan hatinya sekuat tenaga (dari seluruh kemampuannya) untuk berbuat sesuatu
yang sangat
berharga.
Dan itulah yang terjadi
dan dapat
dilihat sekarang ini di Hephata. Ada beberapa pelatihan
(keterampilan tangan, jahit-menjahit, beternak dan bertani). Ini dilakukan
setelah anak mendapat pelatihan yang ekstra dalam hal kemandirian bina diri (dapat mandi bersih, berpakaian rapi, makan dengan baik dan mencuci pakaian, merapikan kamar, disiplin,
dsb.)
sendiri setiap hari
walaupun
untuk sebahagian anak sangat sulit untuk tuntas.
Pelatihan itu pun diteruskan kepada para staf-staf panti agar semua staf
dapat semakin diperlengkapi dengan ilmu-ilmu dan kecakapan-kecakapan yang khusus, seperti ilmu Fisiotherapy, management panti, okupasi
therapy, ketunanetraan, tuna daksa,
tuna grahita dan double handycap.
Bukan ingin menyatakan bahwa membawa makanan atau uang untuk
dibagikan itu
tidak bermakna tapi akan lebih
bermakna ketika dapat disinergiskan
dengan berbagai ide
dan berdampak
sangat besar di hidup masa depan para diffabel
yang
layani di Hephata. Pancing adalah simbol dari
”alat” yang diiringi oleh usaha, kesabaran, keuletan, seni dan pengharapan untuk mencapai tujuan. Namun
demikian perlu juga dipersiapkan kolam yaitu “peluang pendistribusian hasil
karya” agar pancing itu berguna dan tujuan yang ingin dicapai dapat
diperoleh, yaitu ikan yang berkecukupan.
Bersyukur
ketika para tamu yang akan datang lebih dahulu menghubungi, sehingga Hephata
bisa mengkonsultasikan apa yang dibutuhkan di panti maupun kegiatan pelayanan
lainnya. Dengan demikian para tamu yang akan datang bisa memberikan yang memang
kebutuhan dari pelayanan Hephata sehingga lebih tepat guna. Tuhan yang
menggerakkan hati dan memberkati kehidupan para pemerhati Hephata, sehingga
dapat menjadi saluran berkat bagi Hephata, yang dampaknya Hephata juga dapat
menjadi saluran berkat bagi segala makhluk demi kemuliaan nama Tuhan.
Dituliskan oleh: Pdt. Osten JH. Matondang, STh
Pimpinan Panti Karya Hephata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar